CAMBRIDGE – Tampaknya sebuah konsensus baru telah muncul diantara para pemimpin dan elit pengambil kebijakan dunia yaitu mengenai cara untuk mengatasi dampak buruk anti-globalisasi, yang menjadi topik yang dieskploitasi dengan baik oleh kalangan populis seperti Donald Trump. Hilang sudah keyakinan bahwa globalisasi akan mendatangkan manfaat bagi semua orang, saat ini kalangan elit telah menerima bahwa globalisasi menghasilkan orang yang diuntungkan dan dirugikan oleh hal ini. Namun respon yang benar adalah bukan dengan menghambat atau membalikkan globalisasi, melainkan untuk memastikan bahwa orang yang dirugikan dapat diberikan kompensasi.
Konsensus baru ini diutarakan dengan ringkas oleh Nouriel Roubini: penolakan terhadap globalisasi “dapat dibatasi dan dikelola melalui kebijakan yang memberikan kompensasi terhadap kerugian dan biaya yang harus ditanggung oleh para pekerja.” “Hanya dengan menerapkan kebijakan seperti itulah kelompok yang menerima dirugikan dalam globalisasi akan merasa bahwa mereka juga akhirnya akan diuntungkan.”
Argumen ini terdengar sangat masuk akal, baik secara ekonomi maupun secara politis. Para ekonom telah lama mengetahui bahwa liberalisasi perdagangan akan menyebabkan redistribusi pendapatan dan kerugian absolut untuk beberapa kelompok masyarakat, meskipun hal ini secara umum memperbesar perekonomian negara. Oleh karena itu, perjanjian perdagangan hanya dapat meningkatkan kesejahteraan nasional jika orang yang diuntungkan globalisasi memberikan kompensasi terhadap kelompok yang dirugikan. Kompensasi juga menjamin adanya dukungan terhadap keterbukaan perdagangan dari konstituen yang lebih luas dan ini merupakan hal yang baik dalam sudut pandang politik.
To continue reading, register now.
As a registered user, you can enjoy more PS content every month – for free.
There is ample reason to worry that major economies like the United States are heading for a recession, accompanied by cascading financial turmoil. Some of the worst elements of both the 1970s and the 2008 crash are now in play, with equity markets likely to move deeper into bear territory.
says six factors will determine how bad the next downturn will be for the real economy and equity markets.
There is evidence from around the world that the liberty of women is under attack, including in proud democracies. Against this backdrop, the US Supreme Court’s elimination of the federal right to abortion is a particularly egregious offense against women.
notes that the Supreme Court’s elimination of the federal right to abortion accompanies rising gender violence.
Antara Haldar
highlights a potential institutional advantage of developing countries, shows how the hesitation to appeal to voters’ emotions is putting progressives at a disadvantage, and considers where the economics discipline is headed.
CAMBRIDGE – Tampaknya sebuah konsensus baru telah muncul diantara para pemimpin dan elit pengambil kebijakan dunia yaitu mengenai cara untuk mengatasi dampak buruk anti-globalisasi, yang menjadi topik yang dieskploitasi dengan baik oleh kalangan populis seperti Donald Trump. Hilang sudah keyakinan bahwa globalisasi akan mendatangkan manfaat bagi semua orang, saat ini kalangan elit telah menerima bahwa globalisasi menghasilkan orang yang diuntungkan dan dirugikan oleh hal ini. Namun respon yang benar adalah bukan dengan menghambat atau membalikkan globalisasi, melainkan untuk memastikan bahwa orang yang dirugikan dapat diberikan kompensasi.
Konsensus baru ini diutarakan dengan ringkas oleh Nouriel Roubini: penolakan terhadap globalisasi “dapat dibatasi dan dikelola melalui kebijakan yang memberikan kompensasi terhadap kerugian dan biaya yang harus ditanggung oleh para pekerja.” “Hanya dengan menerapkan kebijakan seperti itulah kelompok yang menerima dirugikan dalam globalisasi akan merasa bahwa mereka juga akhirnya akan diuntungkan.”
Argumen ini terdengar sangat masuk akal, baik secara ekonomi maupun secara politis. Para ekonom telah lama mengetahui bahwa liberalisasi perdagangan akan menyebabkan redistribusi pendapatan dan kerugian absolut untuk beberapa kelompok masyarakat, meskipun hal ini secara umum memperbesar perekonomian negara. Oleh karena itu, perjanjian perdagangan hanya dapat meningkatkan kesejahteraan nasional jika orang yang diuntungkan globalisasi memberikan kompensasi terhadap kelompok yang dirugikan. Kompensasi juga menjamin adanya dukungan terhadap keterbukaan perdagangan dari konstituen yang lebih luas dan ini merupakan hal yang baik dalam sudut pandang politik.
To continue reading, register now.
As a registered user, you can enjoy more PS content every month – for free.
Register
orSubscribe now for unlimited access to everything PS has to offer.
Already have an account? Log in