STANFORD – Kebijakan moneter Bank Sentral Eropa (ECB) sudah mengalami perubahan yang tidak biasa pada pandemi ini. Tujuan yang bukan stabilitas harga tampaknya menjadi acuan dari pendekatan bank tersebut secara keseluruhan, sehingga menimbulkan dugaan bahwa ECB sudah menerapkan sebuah mandat baru tanpa mengumumkannya kepada masyarakat.
Sejak awal krisis COVID-19, ECB berhasil mengurangi kesenjangan biaya pinjaman negara-negara anggota di bagian utara dan selatan, menjadikan selisih imbal hasil (yield spread) zona euro Utara-Selatan berada pada posisi paling rendah dalam sejarah. Dan dengan Eropa yang menghadapi berbagai ancaman terhadap persatuannya – mulai dari pemerintahan Donald Trump dan ekspansi Kremlin yang dilakukan oleh Vladimir Putin hingga Tiongkok yang semakin asertif dan kelompok populis yang tumbuh di dalam Eropa sendiri – para pengambil kebijakan pada dasarnya sudah menerapkan “penyempitan selisih imbal hasil (spread narrowing)” sebagai mandat baru.
Presiden ECB Christine Lagarde dan rekan-rekannya tampaknya menyadari bahwa menjaga kesatuan dan solidaritas Eropa adalah tujuan yang paling penting dari lembaga seperti ECB pada saat yang penting seperti ini. Meskipun tidak ada orang di bank ini yang mau mengakuinya, tapi tidak ada keraguan bahwa bank ini kini berupaya menghindari semakin besarnya selisih imbal hasil.
To continue reading, register now.
Subscribe now for unlimited access to everything PS has to offer.
The prevailing narrative that frames Israel as a colonial power suppressing Palestinians’ struggle for statehood grossly oversimplifies a complicated conflict and inadvertently vindicates the region’s most oppressive regimes. Achieving a durable, lasting peace requires moving beyond such facile analogies.
rejects the facile moralism of those who view the ongoing war through the narrow lens of decolonization.
The far-right populist Geert Wilders’ election victory in the Netherlands reflects the same sentiment that powered Brexit and Donald Trump’s candidacy in 2016. But such outcomes could not happen without the cynicism displayed over the past few decades by traditional conservative parties.
shows what Geert Wilders has in common with other ultra-nationalist politicians, past and present.
STANFORD – Kebijakan moneter Bank Sentral Eropa (ECB) sudah mengalami perubahan yang tidak biasa pada pandemi ini. Tujuan yang bukan stabilitas harga tampaknya menjadi acuan dari pendekatan bank tersebut secara keseluruhan, sehingga menimbulkan dugaan bahwa ECB sudah menerapkan sebuah mandat baru tanpa mengumumkannya kepada masyarakat.
Sejak awal krisis COVID-19, ECB berhasil mengurangi kesenjangan biaya pinjaman negara-negara anggota di bagian utara dan selatan, menjadikan selisih imbal hasil (yield spread) zona euro Utara-Selatan berada pada posisi paling rendah dalam sejarah. Dan dengan Eropa yang menghadapi berbagai ancaman terhadap persatuannya – mulai dari pemerintahan Donald Trump dan ekspansi Kremlin yang dilakukan oleh Vladimir Putin hingga Tiongkok yang semakin asertif dan kelompok populis yang tumbuh di dalam Eropa sendiri – para pengambil kebijakan pada dasarnya sudah menerapkan “penyempitan selisih imbal hasil (spread narrowing)” sebagai mandat baru.
Presiden ECB Christine Lagarde dan rekan-rekannya tampaknya menyadari bahwa menjaga kesatuan dan solidaritas Eropa adalah tujuan yang paling penting dari lembaga seperti ECB pada saat yang penting seperti ini. Meskipun tidak ada orang di bank ini yang mau mengakuinya, tapi tidak ada keraguan bahwa bank ini kini berupaya menghindari semakin besarnya selisih imbal hasil.
To continue reading, register now.
Subscribe now for unlimited access to everything PS has to offer.
Subscribe
As a registered user, you can enjoy more PS content every month – for free.
Register
Already have an account? Log in