CAMBRIDGE/ROMA – Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang sangat besar pada masyarakat di seluruh dunia, salah satunya mempercepat revolusi digital yang sudah berjalan pada awal tahun ini. Sejak pandemi terjadi, perusahaan-perusahaan sudah menerapkan sistem kerja jarak jauh (teleworking) secara massal. Pertemuan internasional juga diadakan secara daring, dengan para pemimpin negara dan industri berpartisipasi dari rumah. Para pelajar belajar dari jarak jauh dan pembayaran digital semakin banyak digunakan dibandingkan uang tunai.
Tapi ketika teknologi semakin mempengaruhi kehidupan kita, ada risiko bahwa teknologi tidak akan tersebar secara merata, memperlebar kesenjangan yang sudah ada dan menjadikan masyarakat termiskin di dunia semakin tertinggal. Hal ini bisa dihindari. Teknologi digital bisa membantu mengakhiri kemiskinan dan kelaparan global dengan lebih cepat, termasuk di daerah-daerah pedesaan di negara-negara berkembang, yang mayoritas penduduknya mencari nafkah dari sektor pertanian.
Pertanian digital – yang memungkinkan petani menggunakan ponsel dan teknologi digital lain untuk mengakses informasi pertanian yang diinginkan dan bisa ditindak lanjuti secara real time – bisa dengan cepat mengubah cara masyarakat mendapatkan dan meningkatkan penghidupan mereka. Dengan melakukan investasi yang tepat pada saat ini, ketika banyak petugas penyuluh pertanian tidak bisa mengunjungi para petani, kita bisa memulai penerapan teknologi digital dan mulai menutup kesenjangan pendapatan yang sudah lama menghambat kemajuan di wilayah pedesaan.
With equity markets reaching new heights at a time of rising income and wealth inequality, it should be obvious that today's market mania will end in tears, reproducing the economic injustices of the 2008 crash. For all of the talk of supporting households, it is Main Street that will suffer most when the music stops.
worries that the US recovery is heading for another bout of market mania that will leave Main Street worse off.
Both supporters and critics of US President Joe Biden’s $1.9 trillion stimulus plan assume that there is a dollar amount that is just right. In fact, no such figure exists: every possible stimulus size is simultaneously too little and too big.
shows why there is no longer any amount of additional US fiscal spending that is just right.
CAMBRIDGE/ROMA – Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang sangat besar pada masyarakat di seluruh dunia, salah satunya mempercepat revolusi digital yang sudah berjalan pada awal tahun ini. Sejak pandemi terjadi, perusahaan-perusahaan sudah menerapkan sistem kerja jarak jauh (teleworking) secara massal. Pertemuan internasional juga diadakan secara daring, dengan para pemimpin negara dan industri berpartisipasi dari rumah. Para pelajar belajar dari jarak jauh dan pembayaran digital semakin banyak digunakan dibandingkan uang tunai.
Tapi ketika teknologi semakin mempengaruhi kehidupan kita, ada risiko bahwa teknologi tidak akan tersebar secara merata, memperlebar kesenjangan yang sudah ada dan menjadikan masyarakat termiskin di dunia semakin tertinggal. Hal ini bisa dihindari. Teknologi digital bisa membantu mengakhiri kemiskinan dan kelaparan global dengan lebih cepat, termasuk di daerah-daerah pedesaan di negara-negara berkembang, yang mayoritas penduduknya mencari nafkah dari sektor pertanian.
Pertanian digital – yang memungkinkan petani menggunakan ponsel dan teknologi digital lain untuk mengakses informasi pertanian yang diinginkan dan bisa ditindak lanjuti secara real time – bisa dengan cepat mengubah cara masyarakat mendapatkan dan meningkatkan penghidupan mereka. Dengan melakukan investasi yang tepat pada saat ini, ketika banyak petugas penyuluh pertanian tidak bisa mengunjungi para petani, kita bisa memulai penerapan teknologi digital dan mulai menutup kesenjangan pendapatan yang sudah lama menghambat kemajuan di wilayah pedesaan.
We hope you're enjoying Project Syndicate.
To continue reading, subscribe now.
Subscribe
orRegister for FREE to access two premium articles per month.
Register
Already have an account? Log in