rodrik146_Tolga Akmen_Anadolu Agency_Getty Images Tolga Akmen/Anadolu Agency/Getty Images

Cara Menghindari Perang Dagang

CAMBRIDGE – Bertentangan dengan akal sehat serta kepentingan kalangan elite dari dunia bisnis dan finansial, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sepertinya menyukai kemungkinan terjadinya perang dagang. Pada tanggal 6 Juli, pembatasan dagang terbaru dari Trump – yaitu 25% tarif untuk sekitar $34 miliar barang impor dari Tiongkok – mulai diberlakukan. Kebijakan ini kemudian mendapatkan balasan tarif dengan jumlah yang sama untuk barang-barang ekspor dari Amerika yang masuk ke pasar Tiongkok. Trump mengancam akan memberlakukan langkah-langkah balasan lebih lanjut terhadap Tiongkok, serta tarif untuk mobil impor dari Eropa. Selain itu, tetap ada kemungkinan bahwa ia akan menarik Amerika dari Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara jika Meksiko dan Kanada tidak setuju untuk mengubah perjanjian tersebut sesuai dengan permintaannya.

Proteksionisme impulsif Trump tidak membantu kaum pekerja yang membantu memilih ia sebagai presiden. Anggota partai Republik di kongres yang tidak terkena dampak kebijakan ini dan para perusahaan yang tidak menyukai situasi yang ada dan selalu mendukung ia dalam permasalahan lain mungkin tidak akan menghentikan Trump. Namun, bagi saya dan pihak-pihak yang berpendapat bahwa ancaman Trump akan lebih buruk dari perbuatannya sesungguhnya dalam sektor perdagangan, kami mulai memikirkan kembali dampak dari kebijakan ini.

Namun sebelum kita hanyut dalam skenario buruk yang akan terjadi pada sektor perdagangan, kita harus mempertimbangkan insentif negara-negara lain. Trump mungkin menginginkan perang dagang, namun ia tidak bisa melakukan hal tersebut sendirian. Sebuah perang dagang memerlukan negara-negara lain untuk mengambil tindakan balasan dan meningkatkan pembatasan dagang. Dan terdapat alasan kuat mengapa mereka sebaiknya tidak melakukan hal tersebut.     

https://prosyn.org/wEIIDm8id